10 Kecelakaan Formula 1 yang Sangat Terkenal - Sedikit klarifikasi perihal Formula 1 yang kami kutip dari wikipedia indonesia. Formula Satu atau disingkat F1 (atau berjulukan komplit The FIA Formula One World Championship), yaitu kelas balapan kendaraan beroda empat formula tempat duduk tunggal yang tertinggi. Terdiri dari sejumlah seri balapan yang dikenal dengan istilah Grand Prix. Balapan diselenggarakan di dalam sirkuit atau jalan umum dalam kota yang ditutup untuk umum. Hasilnya memilih dua gelar juara dunia, satu untuk pembalap dan satu lagi untuk konstruktor. Pada balapan, kendaraan beroda empat balap sanggup mencapai kecepatan 300 km/h (185 mph) yang dihasilkan oleh mesin yang sanggup mencapai tenaga sebesar 900 daya kuda pada putaran mesin sekitar 18.000 rpm (per 2005).
Namun, dibalik dari keseruan dari balapan di Formula 1, tentunya memdiberikan dongeng atau kisah yang duka menyerupai dalam daftar Top 10 yang akan kita ulas kali ini perihal 10 kecelakaan formula 1 yang sangat dikenal. Berikut ini daftarnya:
10. Lorenzo Bandini (1935-1967)
driver Italia, meninggal di GP Monako 1967. Setelah hilang kontrol atas mobilnya di sebuah chicane, ban belakang mobilnya mengenai pembatas jalan dan menciptakan kendaraan beroda empat Bandini berputar-putar hingga menabrak sebuah tiang dan berbalik. Tiang tersebut jatuh dan menembus tangki materi bakar, sehingga terjadilah kebakaran yang sekaligus menciptakan Bandini terperangkap. Mobil selanjutnya meledak lantaran uap gerah dari pipa pemmembuangan gas materi bakar. Bandini mengalami luka bakar ahli dan dirawat di rumah sakit setempat selama 3 hari, sebelum alhasil meninggal pada 10 Mei 1967.
9. Roger Williamson (1948-1973)
Driver Inggris, meninggal di GP Belanda 1973. Setelah salah satu ban mobilnya mendadak kehilangan tekanan dan kempis, Williamson menabrak sebuah tembok pembatas dengan kecepatan tinggi dan terseret sejauh 275 meter. Mobil berakhir dalam posisi terbalik dan tangki materi bakarnya pun mulai terbakar. Seorang pembalap lain, David Purley (1945-1985) menghentikan mobilnya dengan sukarela dan berusaha membantu Williamson keluar dari mobilnya; namun usahanya juga gagal lantaran posisi kendaraan beroda empat yang terbalik. Celakanya para marshal menduga justru kendaraan beroda empat Purley yang mengalami kecelakaan. Begitu mengetahui kondisi yang sebenarnya, marshal pemadam api tidak berhasil pula menolong Williamson. Mobil pemadam yang ludang keringh besar gres tiba hampir 10 menit kemudian, di mana Williamson sudah ludang keringh dulu tewas jawaban asfiksia.
8. Helmuth Koinigg (1948-1974)
Driver Austria, meninggal di GP Amerika Serikat 1974. Kematian jawaban pemasangan logam pembatas Armco yang tidak tepat. Setelah mengalami gagal suspensi di tempat tikungan lambat, mobilnya menabrak tembok pembatas Armco dengan posisi kepala Koinigg membentur tembok terludang keringh lampau. Kecepatan mobilnya rendah namun lantaran Armco yang tidak terpasang dengan baik (ujungnya yang tajam masih terlihat!), logam pembatas yang tajam itu pun mencederai leher Koinigg hingga kepalanya terpenggal
7. Tom Pryce (1949-1977)
Driver Wales, meninggal di GP Afrika Selatan 1977. Kematian paling gila di sirkuit F1 dari tinjauan sebab: tertimpa tangki pemadam api seberat 20 kg! Adalah Renzo Zorzi yang gres saja mengalami kecelakaan; jawaban pengukur materi bakarnya rusak. Ia memarkir mobilnya di sisi kiri trek lurus. Zorzi kesusahan keluar dari kendaraan beroda empat lantaran gagal melepaskan pipa oksigen dari helmnya; namun kepingan belakang mobilnya sudah mengeluarkan api. Ini menciptakan Zorzi membutuhkan pinjaman 2 orang marshal dari seberang trek untuk memadamkan api dari mobilnya. Dua marshal itu pun menyeberang trek yang sedang dilalui kendaraan beroda empat F1 tanpa izin (!). Marshal pertama lolos. Namun marshal kedua, Fredrik Jansen van Vuuren (19 tahun) – yang membawa tangki pemadam api seberat 20 kg – tertabrak oleh kendaraan beroda empat Pryce (dengan kecepatan 270 km/jam).
Pryce menabrak van Vuuren lantaran pandangannya terhalang oleh kendaraan beroda empat Hans-Joachim Stuck (yang hampir menabrak van Vuuren juga, namun berhasil menghindar di detik terakhir). Van Vuuren terlempar ke udara, dengan badan hancur (sampai tidak sanggup dikenali), dan tewas sekadab. Sedangkan Pryce, yang mendadak tertimpa tangki pemadam, tewas sekadab lantaran benda berat itu hampir tetapkan kepalanya (!!). Ia pun terlempar keluar dari mobil. Mobil Pryce masih berjalan tanpa driver sejauh beberapa ratus meter.
6. Ronnie Peterson (1944-1978)
Driver Swedia, meninggal di rumah sakit sesudah kecelakaan GP Italia 1978. Peterson gres saja mengalami kecelakaan ukiran beruntun di belokan pertama GP Italia 1978, yang melibatkan 9 pembalap lainnya. Ia hanya mengalami cedera tungkai; yang relatif “ringan” kalau dibandingkan dengan Vittorio Brambilla yang mengalami koma jawaban kepalanya tertimpa ban “terbang”. Peterson dilarikan ke rumah sakit Milan untuk diperiksa. Ternyata ia mengalami beberapa patah tulang di tungkainya. Ia pun dijadwalkan untuk dioperasi keesokan paginya. Namun sebelum pagi tiba, Peterson mengalami emboli lemak yang bersumber dari tempat patah tulang di tungkainya; dan meninggal Senin (11 September) pagi.
5. Gilles Villeneuve (1950-1982)
Driver Kanada, meninggal di kualifikasi GP Belgia 1982. Dalam pertandingan, ia bertemu kendaraan beroda empat lambat di jalur kiri. Mobil Jochen Mass. Mereka pun mengalami miskomunikasi: Mass yang mengira Villeneuve akan mencatat waktu, bermaksud membiarkannya lewat dengan bergerak ke kanan. Villeneuve yang berniat menlampaui Mass (yang tadinya ada di jalur kiri) segera membelokkan kendaraan beroda empat ke kanan. Mereka bertabrakan di jalur kanan. Mobil Villeneuve, yang berada di belakang, terbang ke udara dan mendarat (hidung ludang keringh dulu) dengan kecepatan 225 km/jam. Villeneuve masih terseret sejauh 50 meter ke arah pagar kait di pinggir trek; di mana kemudian ia tersangkut dan mengalami patah leher. Ia pribadi dibawa ke rumah sakit St.Raphael University, dan sempat dipertahankan hidup selama beberapa jam sebelum alhasil meninggal sekitar pukul 9 malam waktu setempat.
4. Riccardo Paletti (1958-1982)
Driver Italia, meninggal di GP Kanada 1982. Ia gres saja melaksanakan start GP-nya yang kedua. Karena gangguan koordinasi marshal, lampu kuning tidak dihidupkan sesudah Didier Pironi (lagi-lagi!) stalled on grid dikala start. Paletti terlambat merespons dan hidung mobilnya menabrak kepingan belakang kendaraan beroda empat Pironi. Ia mengalami benturan di dada dan tidak sadarkan diri. Mobil Paletti selanjutnya mengalami kebakaran, dan ia pun mengalami asfiksia jawaban asap lantaran terperangkap dalam kendaraan beroda empat (sampai para marshals pun butuh setengah jam untuk mengeluarkan Paletti). Ia meninggal setibanya di rumah sakit Royal Victoria di Montreal; 2 hari sebelum ultahnya yang ke-24.
3. Elio De Angelis (1958-1986)
Driver Italia, meninggal dalam uji coba kendaraan beroda empat di sirkuit Paul Ricard, Le Castellet, Prancis usai GP Monako 1986. Mobil De Angelis mengalami kebakaran sesudah tabrakan, dengan kondisi downforce mendadak hilang jawaban lepasnya sayap belakang mobil. Ia hanya mengalami luka bakar ringan dan patah tulang selangka, namun De Angelis tidak sanggup keluar dari mobilnya. Apalagi di sirkuit yang bersangkutan hampir tidak ada marshal yang bersiap di tempat. Marshal gres tiba 30 menit kemudian dengan helikopter (!!!!), dan melarikan De Angelis ke rumah sakit Marseille. Ia pun meninggal di sana 29 jam kemudian.
2. Roland Ratzenberger (1960-1994)
Driver Austria, meninggal di kualifikasi GP San Marino 1994. Ratzenberger yang gres saja membalap 1 kali di F1, mengalami kerusakan sayap depan kendaraan beroda empat di putaran kualifikasi sebelumnya. Akibat kecepatan yang tinggi, ditambah tekanan angin, sayap depan tersebut patah dan tersangkut di bawah mobilnya. Mobil Ratzenberger pun tidak sanggup membelok dan membentur tembok solid dengan kecepatan 315 km/jam. Setelah tabrakan, kendaraan beroda empat berputar-putar kembali ke trek, dan terlihat terang bahwa Ratzenberger mengalami patah leher yang pribadi menewaskannya di tempat.
1. Ayrton Senna da Silva (1960-1994)
Driver Brazil, meninggal di GP San Marino 1994. Juara dunia 3 kali ini start dari pole position. Sesaat sesudah start, Pedro Lamy dan Jyrki Jarvilehto mengalami ukiran yang menjadikan keluarnya safety car. Safety car keluar selama 5 putaran. Pada 2 putaran diberikutnya, kendaraan beroda empat Senna terlihat understeer dan keluar jalur mendadak di tikungan Tamburello, dengan kecepatan 310 km/jam, kemudian menghantam tembok solid. Sebab janjkematian Senna yang sebetulnya masih misterius. Senna disebutkan mengalami luka tembus jawaban patahan suspensi yang menembus helm dan kepingan depan tengkoraknya. Ironisnya video yang merekam momen ukiran sepanjang 1.5 detik ternyata hilang.
Damon Hill, rekan setim Senna di Williams pada tahun 1994; bersikeras bahwa Senna telah melaksanakan kesalahan biasa, namun fatal. Sebagian penggemar berat Senna menduga ada konspirasi yang bertujuan membunuh pembalap berusia 34 tahun tersebut. Banyak juga yang memperdebatkan apakah Senna meninggal impulsif atau di rumah sakit, lantaran ia tidak dinyatakan meninggal di trek. Pernah juga dilaporkan bahwa video itu ternyata ada dan mengatakan Senna “melepas” setir seusai mobilnya melintir (namun video ini pun dipertanyakan keasliannya). Bagaimanapun kejadian sebenarnya, bencana ini telah mengubah pandangan FIA terhadap keselamatan di lingkup Formula 1.
Advertisement